(iainfmpapua.ac.id) – Warga Negara Republik Indonesia wajib menjaga kebhinekaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K. H Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D menegaskan hal ini saat melakukan kunjungan kerja di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua, Jalan Merah Putih, Buper Waena, Kota Jayapura, 27 Januari 2022.
“Kita wajib memelihara keragamaan suku, ras, agama, dan budaya yang ada di negara kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya di hadapan dosen dan mahasiswa yang mengikuti kegiatan Diskusi ‘Salam Pancasila’ di aula kampus.
Menurutnya, ‘Salam Pancasila’ yang sering disampaikannya dipandang penting untuk ada di Negara Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk beraneka ragam budaya. “Salam Pancasila merupakan bagian dari kebhinekaan, salam ini adalah pemersatu, dan bukan pengganti salam yang sudah ada,” ungkapnya. Kepala BPIP mengutarakan bahwa ‘Salam Pancasila’ merupakan solusi mengucapkan salam di ruang publik di tengah kemajemukan Bangsa Indonesia. “Ini salam kebangsaan yang menjadi titik temu yang bisa digunakan di ruang publik,” tuturnya didampingi para pejabat utama BPIP.
Prof. Yudian juga mengingatkan bahwa ‘Salam Pancasila’ adalah salam yang diperuntukkan bagi kedamaian, sehingga pemerintah perlu merangkul masyarakat untuk memahami maksud dari Salam Pancasila ini.
Dalam sambutannya sebelumnya, Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua Prof. Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag, M.Si menyampaikan bahwa Pancasila adalah bukti nyata kehadiran negara di tengah keberagaman Indonesia. “Pancasila ini adalah solusi konkrit yang ditawarkan negara kepada rakyat Indonesia,” ungkapnya. Pihaknya mengajak seluruh sivitas akademik Kampus IAIN Fattahul Muluk Papua untuk menerapkan nilai-nilai dari sila Pancasila dalam kehidupan akademik. Di akhir acara, Kepala BPIP menyerahkan cinderamata buku ‘Salam Pancasila Sebagai Salam Kebangsaan’ kepada Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua. Kegiatan ini juga dihadiri para pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) di Papua dan Kota Jayapura. (Za/Is/Zul/Her/Ran)