(iainfmpapua.ac.id) – Masyarakat di daerah terpencil harus diberikan penguatan terkait pendidikan keagamaan Islam. Kepala Subdit (Kasubdit) Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat pada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Dr. Suwendi, M.Ag menegaskan hal ini pada diskusi bersama para Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) PTKIN Indonesia Timur dengan beberapa pengurus pondok pesantren di Jawa secara online, 13 Mei 2022.
Kasubdit memaparkan bahwa program ini bertujuan untuk mendampingi masyarakat. Selain itu, lanjutnya, program ini juga bertujuan untuk menggerakkan potensi yang dimiliki mahasiswa dan santri di kampus maupun pondok pesantren. “Agar terlibat dalam misi-misi sosial maupun misi dakwah,” ujarnya. Suwendi menyampaikan bahwa mahasiswa dan santri yang dikirim ke tempat tugas nantinya akan membuat program kegiatan yang memiliki hasil nyata. “Seperti mendirikan pondok pesantren, yang diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat,” jelasnya. Harapannya, masing-masing kampus maupun pondok pesantren yang menjalankan program tersebut dapat bersinergi dengan pihak manapun. “Khususnya yang dapat menopang misi dakwah,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua LPPM Institut agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua, Dr. Suparto Iribaram, MA menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dan berkontribusi dalam menjalankan program tersebut. Suparto menekankan bahwa pihaknya sudah menyiapkan tempat bagi mahasiswa maupun santri dari Jawa yang akan ditempatkan di Papua. “Seperti di wilayah kota Jayapura, Kabupaten Keerom, dan Kabupaten Jayapura,” imbuhnya. Menurutnya, masjid maupun majelis taklim di wilayah tersebut sangat membutuhkan para ustadz maupun santri yang dapat memberikan pengetahuan ilmu keagamaan. “Kampus kami juga sudah menyebar mahasiswa di beberapa tempat tersebut khususnya dalam program KKN atau Kuliah Kerja Nyata, namun masih terbatas di beberapa wilayah tertentu,” terangnya. Dengan adanya program tersebut, mahasiswa dan santri dari luar yang ditugaskan ke wilayah Papua diharapkan dapat membantu dan memberikan solusi terhadap permasalahan keagamaan di masyarakat.
Peserta diskusi lain, Dr. M. Syukri Nawir, M.Ag menambahkan beberapa program operasional pengabdian masyarakat di lapangan yang telah dikerjakan LPPM IAIN Fattahul Muluk Papua. “Konsep mendirikan pesantren kami usung karena melihat kurangnya sarana dan prasarana, dimana masih menggunakan rumah warga untuk tempat tinggal dan juga masih kurangnya tenaga pendidik,” terangnya. Program pengabdian masyarakat tersebut diharapkan dapat saling bersinergi antar instansi untuk terus menyebarkan ilmu keagamaan.
Diskusi program pengabdian masyarakat ‘Mahasiswa Santri Mengabdi dan Kesiapan Program KKN Moderasi’ ini juga diikuti oleh LPPM IAIN Ambon, IAIN Sorong, dan beberapa pengurus pondok pesantren di wilayah Jawa. (Za/Is/Zul/Her/Ran)